Love, Live, Life, and Smile


Love is abstract and nothing but I can’t live and never there are life without love. Try to smile after down because love #dewipujiastuti

Love always in my life. Sometimes, love can broke my life. Always give wish or great hope in the first assumption and nothing in the end. Somebody say, we must move on if there isn’t something in our love, but I think that’s a matter. I live and my life always with love. Love with my best parents and lovely brother, also you my best friends, but love for my dearest for now is nothing. I don’t know. Till now I save my soul for him, but I know that’s maybe impossible for me. He is in there and I am in here. He is nice with his life and I just stay in here and nothing, but I always try to smile because love come from my deep heart and mercy from God. Love always give rhythm in my live and life and must be smile because of love whatever what will happen in the end.

So, for you just take easy with love, you must think again. Love is not simple as you think, love need feel, your deep heart, your live, also your life. Completely they need love and love need them. Smile. Always smile whatever will happen, happiness or sorrow will you get, you must smile. Example, in the first you will feel very close so as to become fused but maybe in the end you will feel disgusting with love, what will you do? Certainly smile. Why? Because smile can heal everything. Everything is gone be well if you think well about love.

Love, Live, Life, and Smile interrelated. Respect love its mean respect with our live and life, don’t forget smile will make sweet all of that.


Loves Love with Love (dewipujiastuti)

Menghargai Proses Menuju Sukses


Menghargai proses menuju sukses. Yaaa. Itulah motto hidupku selain senyum adalah obat segalanya. Setiap ada hasil pasti didahului dengan proses. Namun, banyak yang melupakan apa itu proses. Seakan tutup mata akan hal itu karena apa yang diinginkannya telah tercapai, hal itup ulalah yang mengurangi rasa syukur terhadap apa yang telah dicapai. Berhasil, memuaskan bahkan hinggagagal total pun tak ada sedikit rasa syukur. Hal itulah yang selama ini ingin aku pelajari dan menjadi pedoman hidupku.

Sama halnya dengan mengerjakan soal matematika. Kita membutuhkan caraatau proses untuk mendapatkan jawaban. Meskipun jawaban tidak sesuai, paling tidak kita telah melakukan proses yang panjang dan kita memahami bagaimana cara kita untuk melangkah. Itu salah satu sebabnya mengapa aku suka matematika.

Begitu pula dengan membuat emas murni yang sangat berharga. Tidak serta merta kita langsung mendapatkan emas begitu saja, tentu dengan proses yang sangat panjang. Melalui penambangan yang sangat membahayakan jiwa raga, proses pemisahan emas dengan unsur tanah yang memakan waktu hingga 12 jam.

Ketika kita menghargai proses maka kita tidak akan menyalahkan diri kita sendiri ketika kita gagal dan akan selalu bersyukur yang tak terhingga ketika proses panjang yang kita lalui berbuah hasil yang membahagiakan kita.

Terlalu Banyak Keluhan




Hari ini kuliah cepat. Mau pulang tapi masih ada tanggungan sama anak-anak PA. apaan PA? Puji Astuti. #lhahh itu namaku,hahahah. Maksudnya temen-temen seperguruan pembimbing kuliah. Singkat cerita udah bimbingan nih yaa, dijelasin tuh apa aja yang buat praktek, hagak pegel sihh, kurang tempat duduk soalnya, harus ngalah sama si Mr. Er. Ora popo aku kan apikan. Nhah, setelah kelar pengen balik tapi malah diajak ngrumpi dulu jadi hagak males pulang lagi, apalagi puanase rek rek. Gimana gak panas hlawong sekitar jam 12 ee. Tapi tetep aku putuskan buat menembus panasnya hari yang dianugerahkan hari ini.

Jalan keparkiran aje sudah kepanasen, apalagi motor ku susah amat di starter. Hagak deg-degan. Sampe di jalan MasyaAllah puanas e ngepol, pake helm, penutup hidung alias masker, tangan ku udah tak bungkus pake sarung tangan, sepatu n kaos kaki kutetep tak pake, tapi panas nya tetep nembus. Apalagi lampu merahe rek-rek, gak bersahabat banget. Masak lampu merah lebih dari semenit, lak bis n truk banyak kalii. Komplit lah pokok e.

Namun, ditengah-tengah perjalanan aku terhenyak dengan tukang becak. Gak hanya sejam dua jam beliau mengayuh becaknya untuk mencari lembaran uang yang sekiranya hanya cukup untuk makan. Betapa beratnya mengayuh becak ditengah terik matahari selama berjam-jam ditambah lagi membawa penumpang yang biasanya gak hanya badan aja, tapi juga barang belanjaan. Sedangkan aku tadi berapa banyak aku mengeluh kurang dari satu jam tadi. Terlalu banyak. Berasa ditampar keras banget, harusnya Alhamdulillah dengan apa yang ada. Panas ngeluh hujan pun ngeluh. Bismillah akan mengubah keluhan menjadi keluhuran.

Bapak Paruh Baya di Perempatan




Setiap hari berangkat kekampus aku menjumpai bapak-bapak paruh baya lengkap dengan atributnya, topi yang melindungi kepalanya, rompihijau, kalung peluit dan bendera, beliau berada diperempatan jalan dekat salah satu hotel terkemuka di Solo. Beliau menyeberangkan para pengguna jalan baik sepeda motor yang selalum embludak, mobil-mobil, truk, container, hingga bus yang biasanya ugal-ugalan. Tidak mengenal cuaca panas maupun hujan, dari pagi jam 6 aku berangkat kuliah hingga aku pulang sekitar pukul 5 beliau masih ditempat,tak jarang pula para pengguna jalan yang acuh dengannya,sempet jengkel kalo memang ada orang yang gak simpati, diaenak-enakan diseberangkan namun tidak menhargai yang menyeberangkan bayangkan aja kalo gak ada beliau, carut marutlah perempatan itu, namun beliau beliau tidak seperti aku beliau tetap tersenyum dan selalu mengatakan “mari” sambil mengayunkan tangannya yang membawa bendera yang berarti mempersilahkan jalan. Pas hari pahlawan, ketika aku melintas diperempatan itu, aku mengatakan pada diri kusendiri bahwa beliau adalah seorang pahlawan.

Aku selalu bertanya, apakah bapak paruh baya itu digaji? Anak-anaknya dimana? Beliau hidup dengan siapa? Sebenernya terlalu dalam keingintahuanku. Namun, itulah yang memirishatiku, beliau sudah tua, terlihat dari kerutannya yang sangat terlihat, tubuhnya yang tidak terlalu gagah lagi, kurus terlihat dari bajunya yang sangat kebesaran, seharusnya beliau istirahat di rumah menikmati masa tuanya, namun kenyataannya beliau menyeberangkan jalan yang sebenarnya ada aparat yang bertugas menyeberangkan pengendara, guna menjaga ketertiban jalan.

Pertanyaanku terjawab setelah aku melihat ibu-ibu yang memboncengkan anaknya didepan, ketika bapak paruh baya itu menyetop pengendara dari arah selatan (termasukaku), ibu-ibu itu melintas dari arah barat lalu anaknya menyodorkan tangannya yang mengepal beberapa lembar ruang ke bapak paruh baya yang menyeberangkan tersebut. Kebayang nggak? Apa kesimpulan menurut mu?

Jujur setiap aku melintas disana aku selalu miris bahkan menangis (pancen aku gembeng). Namun dua hari ini aku tidak menjumpai bapak paruh baya tersebut, entahapa yang terjadi pada beliau. Yang pasti hanya ingin berpikir positif, beliau tidak menyeberangakan lagi karena memang beliau mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan dari anak cucu beliau dan berdoa beliau dalam keadaan yang sehat.Aamiin.