Bapak Paruh Baya di Perempatan




Setiap hari berangkat kekampus aku menjumpai bapak-bapak paruh baya lengkap dengan atributnya, topi yang melindungi kepalanya, rompihijau, kalung peluit dan bendera, beliau berada diperempatan jalan dekat salah satu hotel terkemuka di Solo. Beliau menyeberangkan para pengguna jalan baik sepeda motor yang selalum embludak, mobil-mobil, truk, container, hingga bus yang biasanya ugal-ugalan. Tidak mengenal cuaca panas maupun hujan, dari pagi jam 6 aku berangkat kuliah hingga aku pulang sekitar pukul 5 beliau masih ditempat,tak jarang pula para pengguna jalan yang acuh dengannya,sempet jengkel kalo memang ada orang yang gak simpati, diaenak-enakan diseberangkan namun tidak menhargai yang menyeberangkan bayangkan aja kalo gak ada beliau, carut marutlah perempatan itu, namun beliau beliau tidak seperti aku beliau tetap tersenyum dan selalu mengatakan “mari” sambil mengayunkan tangannya yang membawa bendera yang berarti mempersilahkan jalan. Pas hari pahlawan, ketika aku melintas diperempatan itu, aku mengatakan pada diri kusendiri bahwa beliau adalah seorang pahlawan.

Aku selalu bertanya, apakah bapak paruh baya itu digaji? Anak-anaknya dimana? Beliau hidup dengan siapa? Sebenernya terlalu dalam keingintahuanku. Namun, itulah yang memirishatiku, beliau sudah tua, terlihat dari kerutannya yang sangat terlihat, tubuhnya yang tidak terlalu gagah lagi, kurus terlihat dari bajunya yang sangat kebesaran, seharusnya beliau istirahat di rumah menikmati masa tuanya, namun kenyataannya beliau menyeberangkan jalan yang sebenarnya ada aparat yang bertugas menyeberangkan pengendara, guna menjaga ketertiban jalan.

Pertanyaanku terjawab setelah aku melihat ibu-ibu yang memboncengkan anaknya didepan, ketika bapak paruh baya itu menyetop pengendara dari arah selatan (termasukaku), ibu-ibu itu melintas dari arah barat lalu anaknya menyodorkan tangannya yang mengepal beberapa lembar ruang ke bapak paruh baya yang menyeberangkan tersebut. Kebayang nggak? Apa kesimpulan menurut mu?

Jujur setiap aku melintas disana aku selalu miris bahkan menangis (pancen aku gembeng). Namun dua hari ini aku tidak menjumpai bapak paruh baya tersebut, entahapa yang terjadi pada beliau. Yang pasti hanya ingin berpikir positif, beliau tidak menyeberangakan lagi karena memang beliau mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan dari anak cucu beliau dan berdoa beliau dalam keadaan yang sehat.Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar